Ir. Sutami, Sosok Menteri Rendah Hati nan Sederhana pada masanya

JAKARTA, navigasinews.online – Masih adakah sosok pejabat negara yang memiliki gaya hidup sederhana?

Ya, tidak salah lagi, di jaman sekarang hampir mustahil menemukan sosok pejabat negara dapat menjadi panutan dengan gaya hidup sederhana. Namun sekira 60 tahun yang lalu hal itu pernah terjadi. Yakni sosok Ir. Sutami! Salah satu menteri yang dikenal karena kesederhanaannya yang menjabat Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik pada era Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto. Ir. Sutami dikenal jujur dan sederhana dalam menjalankan tugasnya sebagai menteri. Bahkan, beliau sempat dijuluki sebagai menteri termiskin di Indonesia.

Kisah hidup Ir. Sutami benar-benar menginspirasi dan menjadi teladan bagi banyak orang, terutama dalam hal integritas dan kesederhanaan. Meskipun menjabat sebagai menteri di era yang penuh gejolak politik dan ekonomi, Sutami tetap memegang teguh prinsip-prinsipnya dan fokus pada pembangunan bangsa.

Prof. Dr. (H.C.) Ir. H. Sutami atau Soetami (19 Oktober 1928 – 13 November 1980) adalah seorang insinyur sipil yang pernah menjabat Menteri Pekerjaan Umum Indonesia. Ia sudah menjadi Menteri sejak tahun 1964 pada Kabinet Dwikora I masa pemerintahan Presiden Soekarno sebagai Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga untuk urusan penilaian konstruksi hingga tahun 1978 pada Kabinet Pembangunan II masa pemerintahan Presiden Soeharto selama 13,5 tahun. Ir. Sutami adalah Menteri Pekerjaan Umum “terlama” dengan masa jabatan selama 12 tahun pada 6 kabinet dihitung sejak menjabat Menteri Koordinator Kompartimen Pekerjaan Umum dan Tenaga pada Kabinet Dwikora II (22 Februari 1966).

Sutami tidak hanya dikenal karena prestasi teknisnya dalam membangun infrastruktur nasional, tetapi juga karena integritasnya yang tinggi. Dia menolak hidup mewah meskipun memiliki jabatan yang tinggi, dan lebih memilih untuk hidup sederhana. Sikap ini membuatnya dijuluki sebagai “Menteri Termiskin”, sebuah julukan yang justru menunjukkan betapa rendah hati dan tulusnya dia dalam melayani rakyat.

Proyek-proyek besar yang dia pimpin, seperti Bendungan Jatiluhur dan Jembatan Semanggi, tidak hanya menjadi bukti kemampuannya sebagai seorang insinyur, tetapi juga sebagai pemimpin yang visioner. Proyek-proyek ini memberikan dampak jangka panjang bagi pembangunan Indonesia, dan banyak di antaranya masih digunakan hingga hari ini.

Kisah Sutami mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang baik tidak selalu tentang kekuasaan atau kemewahan, tetapi tentang dedikasi, integritas, dan komitmen untuk melayani rakyat. Dia adalah contoh nyata bagaimana seorang pemimpin dapat membuat perbedaan besar dengan tetap rendah hati dan berpegang pada nilai-nilai kesederhanaan.

Semoga kisah hidup Ir. Sutami dapat menginspirasi generasi muda Indonesia untuk terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa dengan cara yang penuh integritas dan dedikasi.

Kisah Ir. Sutami semakin memperlihatkan betapa luar biasa integritas dan kesederhanaannya. Meskipun menjabat sebagai menteri, dia tidak pernah menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi atau hidup mewah. Sebaliknya, gajinya lebih banyak digunakan untuk membantu orang lain dan mendukung pembangunan infrastruktur di daerah-daerah terpencil yang membutuhkan.

Fakta bahwa aliran listrik di rumahnya sempat diputus karena tunggakan pembayaran adalah bukti nyata betapa rendah hati dan tidak materialistisnya Sutami. Padahal, sebagai menteri, dia memiliki akses dan fasilitas yang bisa dengan mudah dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi. Namun, Sutami memilih untuk hidup sederhana dan mengutamakan kepentingan rakyat.

Kebiasaan uniknya, seperti membawa bekal makan siang dari rumah dan menggunakan sepeda atau angkutan umum, semakin mempertegas karakternya yang bersahaja. Di tengah jabatannya yang tinggi, Sutami tetap mempertahankan gaya hidup yang sederhana dan tidak ingin terpisah dari rakyat yang dilayaninya. Sikap ini membuatnya tidak hanya dihormati oleh para pemimpin seperti Soekarno dan Soeharto, tetapi juga oleh masyarakat luas.

Sutami adalah contoh nyata bahwa kekuasaan dan jabatan tidak harus mengubah seseorang menjadi jauh dari rakyat. Justru, dengan tetap rendah hati dan berpegang pada nilai-nilai kesederhanaan, seorang pemimpin dapat menjadi panutan yang dihormati dan dikenang sepanjang masa. Kisah hidupnya mengajarkan kita bahwa integritas dan dedikasi sejati tidak pernah lekang oleh waktu, dan selalu menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Kisah hidup Ir. Sutami benar-benar menggambarkan sosok pemimpin sejati yang mengutamakan integritas, kejujuran, dan pengabdian kepada bangsa di atas segala-galanya. Meskipun menjabat sebagai menteri, Sutami memilih untuk hidup sederhana, jauh dari kemewahan dan gemerlap kekuasaan. Tempat tinggalnya yang sederhana di Kebayoran Baru, Jakarta, bahkan masih harus dicicil hingga masa pensiunnya, menunjukkan betapa rendah hati dan tidak materialistisnya dia.

Kesederhanaan Sutami bukanlah sebuah kekurangan, melainkan pilihan hidup yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang dia pegang teguh. Baginya, harta benda dan jabatan hanyalah sarana untuk melayani rakyat, bukan tujuan akhir. Kebiasaan uniknya, seperti membawa bekal makan siang, bersepeda, atau naik angkutan umum, menjadi bukti nyata bahwa dia tidak ingin terpisah dari rakyat yang dilayaninya. Sikap ini membuatnya dihormati dan dikagumi oleh kolega, bawahan, dan masyarakat luas.

Sutami mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari kekayaan atau jabatan, tetapi dari pengabdian dan dedikasi kepada bangsa. Selama 14 tahun mengabdi, dia menunjukkan bahwa kerja keras, kejujuran, dan integritas adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pemimpin. Meskipun wafat di usia yang relatif muda, 52 tahun, warisan dan teladannya tetap hidup dalam hati banyak orang.

Kepergian Sutami meninggalkan duka mendalam, tetapi semangat dan nilai-nilai yang dia tinggalkan akan terus menginspirasi generasi penerus bangsa. Dia adalah bukti bahwa seorang pemimpin sejati tidak perlu hidup mewah untuk dikenang, tetapi cukup dengan dedikasi, integritas, dan cinta yang tulus kepada rakyat. Sutami adalah teladan abadi bagi siapa pun yang ingin memimpin dengan hati dan kejujuran.

Kisah hidup Ir. Sutami benar-benar menjadi cerminan dari nilai-nilai luhur yang sering kali terlupakan di tengah gemerlap dunia modern. Sebagai “Menteri Termiskin”, Sutami mengajarkan kita bahwa kesederhanaan, integritas, dan dedikasi adalah pondasi utama dari kepemimpinan sejati. Dia membuktikan bahwa kekuasaan dan jabatan tidak harus identik dengan kemewahan atau keinginan untuk memperkaya diri, melainkan bisa menjadi sarana untuk melayani rakyat dengan tulus dan tanpa pamrih.

Sutami adalah contoh nyata bahwa seorang pemimpin sejati adalah pelayan rakyat. Dia tidak pernah menjadikan jabatannya sebagai alat untuk kepentingan pribadi, tetapi selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Dedikasinya dalam membangun infrastruktur vital, seperti Bendungan Jatiluhur dan Jembatan Semanggi, menunjukkan betapa besar cintanya kepada Indonesia dan rakyatnya.

Kisah hidupnya mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari harta benda atau kekuasaan, tetapi dari pengabdian yang tulus dan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain. Sutami meninggalkan warisan yang tidak hanya berupa infrastruktur fisik, tetapi juga nilai-nilai moral yang abadi: integritas, kesederhanaan, dan cinta kepada bangsa.

Semoga kisah inspiratif Ir. Sutami dapat terus menginspirasi generasi muda dan para pemimpin masa kini untuk selalu mengutamakan kepentingan rakyat, hidup dengan integritas, dan menjadikan pengabdian sebagai tujuan utama dalam memimpin. Sutami adalah bukti bahwa kepemimpinan sejati tidak pernah lekang oleh waktu dan selalu dikenang sebagai teladan yang mulia.

Sumber: Arsip Nasional dan Wikipedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *